KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memuji film 99 Cahaya di Langit Eropa. Film ini merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya Hanum Salsabiela Rais, putri mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Amin Rais.
"Saya melihat satu cerita yang digarap dengan apiknya, halus, natural, memadukan keindahan, dialog, falsafah, everything is there (semuanya ada). Tentu tidak mudah merangkum semuanya menjadi karya seni luar biasa," kata Presiden seusai menyaksikan pemutaran perdana film tersebut di Djakarta Theater, Jakarta, Jumat (29/11/2013).
Yudhoyono mengatakan, banyak nilai yang ditampilkan dalam film ini. Di antaranya, sebut dia, nilai perdamaian, persaudaraan, toleransi, dan pesan spiritual lain. "Kita saksikan langsung aplikasi dari semua value (nilai), filosofi, kita bagai diingatkan Tuhan bahwa semua itu bisa kita dapatkan dalam kéhidupan kita," lanjutnya.
Film yang mengambil lokasi shooting di empat negara di Eropa ini, kata Yudhoyono, juga menghidupkan kembali memori tentang Eropa bagi sebagian orang yang sering bepergian ke sana. "Rasa bangga saya, terima kasih saya, selamat saya atas karya seni yang indah ini. Saya berharap kita bisa menonton karya yang begitu indah, congratulation (selamat), luar biasa tampilannya," tutur Yudhoyono.
Dalam sambutan sebelum pemutaran film, Hanum dan suaminya, Rangga Almahendra, mengatakan bahwa film ini diangkat dari kisah nyata selama mereka tinggal di Eropa. Seperti novelnya, film ini mengisahkan perjalanan spiritual di balik suka duka tinggal di Eropa. "Sebuah perjalanan spiritual berbalut persahabatan," ujar Hanum.
Rangga menambahkan, film ini mengandung ajakan agar umat Islam menjadi agen penebar kebaikan. "Pesan utama yang kami sampaikan, ajakan untuk menjadi agen Muslim yang baik, Muslim yang menjadi jembatan atas perbedaan," ujar Rangga. Selain itu, film ini menunjukkan jejak sejarah Islam di Eropa.
Film 99 Cahaya di Langit Eropa disutradarai Guntur Soeharjanto, dibintangi Acha Septriasa dan Abimana Aryasatya, serta beberapa artis lain seperti Raline Shah, Nino Fernandez, Alex Abbad, Marrisa Nasution, dan Dewi Sandra.
( 6.55 MB )- Download Ost 99 Cahaya Di Langit Eropa - Fatin Sidqia Lubis - Cahaya Di Langit Itu mp3
Daftar Pemain :
1. Acha Septriasa sebagai Hanum
2. Abimana Aryasatya sebagai Rangga
3. Raline Shah sebagai Fatma
4. Dewi Sandra sebagai Marion
5. Alex Abbad sebagai Khan
6. Marissa Nasution sebagai Maarja
7. Geccha Qheagaventa sebagai Ayse
8. Nino Fernandez sebagai Stefan
9. Fatin Shidqia Lubis
Download Ost Film Fatin Sidqia Lubis - 99 Cahaya Di Langit Eropa.mp3 Terbaru 2013 Gratis
( 6.55 MB )- Download Ost 99 Cahaya Di Langit Eropa - Fatin Sidqia Lubis - Cahaya Di Langit Itu mp3
"Meraih Mimpi Menggapai Langit Eropa"
Film 99 Cahaya di Langit Eropa. Tanggal Mulai Tayang Di Bioskop 5 Desember 2013
Official Facebook https://www.facebook.com/99CahayaOfficial atau twitter https://twitter.com/Film99Cahaya.
Sinopsis
Ini adalah catatan perjalanan atas sebuah pencarian. Pencarian cahaya Islam di Eropa yang kini sedang tertutup awan saling curiga dan kesalahpahaman. Untuk pertama kalinya dalam 26 tahun, aku merasakan hidup di suatu negara dimana Islam menjadi minoritas. Pengalaman yang makin memperkaya spiritualku untuk lebih mengenal Islam dengan cara yang berbeda. Tinggal di Eropa selama 3 tahun adalah arena menjelajah Eropa dan segala isinya. Hingga akhirnya aku menemukan banyak hal lain yang jauh lebih menarik dari sekedar Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion Sepakbola San Siro, Colloseum Roma, atau gondola gondola di Venezia. Pencarianku telah mengantarkanku pada daftar tempat-tempat ziarah baru di Eropa. Aku tak menyangka Eropa sesungguhnya juga menyimpan sejuta misteri tentang Islam. Eropa dan Islam. Mereka pernah menjadi pasangan serasi. Kini hubungan keduanya penuh pasang surut prasangka dengan berbagai dinamikanya. Aku merasakan ada manusia-manusia dari kedua pihak yang terus bekerja untuk memperburuk hubungan keduanya. Pertemuanku dengan perempuan muslim di Austria, Fatma Pasha telah mengajarkanku untuk menjadi bulir-bulir yang bekerja sebaliknya. Menunjukkan pada Eropa bulir cinta dan luasnya kedamaian Islam. Sebagai Turki di Austria, Ia mencoba menebus kesalahan kakek moyangnya yang gagal meluluhkan Eropa dengan menghunus pedang dan meriam. Kini ini ia mencoba lagi dengan cara yang lebih elegan, yaitu dengan lebarnya senyum dan dalamnya samudra kerendahan hati. Aku dan Fatma mengatur rencana. Kami akan mengarungi jejak-jejak Islam dari barat hingga ke timur Eropa. Dari Andalusia Spanyol hingga ke Istanbul Turki. Dan entah mengapa perjalanan pertamaku justru mengantarkanku ke Kota Paris, pusat ibukota peradaban Eropa. Di Paris aku bertemu dengan seorang mualaf, Marion Latimer yang bekerja sebagai ilmuwan di Arab World Institute Paris. Marion menunjukkan kepadaku bahwa Eropa juga adalah pantulan cahaya kebesaran Islam. Eropa menyimpan harta karun sejarah Islam yang luar biasa berharganya. Marion membukakan mata hatiku. Membuatku jatuh cinta lagi dengan agamaku, Islam. Islam sebagai sumber pengetahuan yang penuh damai dan kasih. Museum Louvre, Pantheon, Gereja Notre Dame hingga Les Invalides semakin membuatku yakin dengan agamaku. Islam dulu pernah menjadi sumber cahaya terang benderang ketika Eropa diliputi abad kegelapan. Islam pernah bersinar sebagai peradaban paling maju di dunia, ketika dakwah bisa bersatu dengan pengetahuan dan kedamaian, bukan dengan teror atau kekerasan Perjalananku menjelajah Eropa adalah sebuah pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah dipancarkan oleh Islam di benua ini. Cordoba, Granada, Toledo, Sicilia dan Istanbul masuk dalam manifest perjalanan spiritualku selanjutnya. Saat memandang matahari tenggelam di Katedral Mezquita Cordoba, Istana Al Hambra Granada, atau Hagia Sophia Istanbul, aku bersimpuh. Matahari tenggelam yang aku lihat adalah jelas matahari yang sama, yang juga dilihat oleh orang-orang di benua ini 1000 tahun lalu. Matahari itu menjadi saksi bisu bahwa Islam pernah menjamah Eropa, menyuburkannya dengan menyebar benih-benih ilmu pengetahuan, dan menyianginya dengan kasih sayang dan toleransi antar umat beragama. Akhir dari perjalananku selama 3 tahun di Eropa justru mengantarkanku pada titik awal pencarian makna dan tujuan hidup. Makin mendekatkanku pada sumber kebenaran abadi yang Maha Sempurna.