Biografi dan Biodata Muchlis Hadi ning Syaifullah Striker Timnas U 19



Biografi dan Biodata Muchlis Hadi ning Syaifullah Striker Timnas U 19. Muchlis hadi Ning Syaifullah adalah pemuda dari keluarga sederhana. Terlihat di televisi ketika muchlis pulang kampung, rumah muchlis hadi ning syaifullah tampah tidak mewah dan sederhana. namun Keterbatasan finansial tidak menghalangi niat Muchlis Hadi Ning Syaifullah untuk berprestasi di level internasional. Mengawali karir sebagai pesepakbola dengan seadanya, Muchlis pun kini menjadi pilar tim nasional Indonesia U-19 yang lolos ke putaran final Piala Asia 2014 di Myanmar.

Semasa kecilnya, Muchlis harus rela dilatih oleh orang tua sendiri lantaran tidak mampu membayar biaya masuk mengikuti Sekolah Sepak Bola (SSB). Keterbatasan dana membuat Muchlis kecil sehari-hari hanya berlatih di bawah pengawasan sang ayah, Samsul Hadi.

“Biaya masuk SSB memang mahal saat itu untuk ukuran kami, Sehingga tidak semua bisa masuk SSB bagus, termasuk anak saya. Tidak seperti rekan-rekannya yang lebih mampu, yang bisa berlatih di SSB berkualitas yang ada di Surabaya maupun Malang,” buka Samsul kepada Goal Indonesia.

Namun niatan kuat anak pertama dari dua bersaudara buah pasangan Samsul dan Sulifah ini menemui hasil positif kala dipanggil masuk timnas U-19 di bawah kendali pelatih Indra Sjafri. Bahkan, pemain kelahiran 26 Oktober 1996 itu menjadi salah satu pilar utama skuat Garuda Jaya kala menjuarai Piala AFF 2013, dan meloloskan tim ke Myanmar.

“Sejak SD [Sekolah Dasar] saya sudah melihat anak saya memang punya talenta bermain sepakbola. Saya yakin saat itu, anak saya bakal menjadi pemain bagus. Karena tak mampu di SSB Surabaya atau Malang, saya didik sendiri di kampung," ceritanya.

Samsul sendiri bukan asal-asalan dalam melatih Muchlis kecil, karena ia sebelumnya adalah mantan stopper tim Assyabab Surabaya, satu angkatan dengan Mustaqim dan Putut Wijanarko. Berbekal ilmu sebagai pemain bola inilah, Samsul lantas menempa Muchlis cara menggocek, menendang, menyundul, serta mengontrol bola.

Namun menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama, Samsul sadar Muchlis memang butuh masuk SSB untuk meningkatkan pengalamannya. Namun lagi-lagi Samsul menemui kendala dalam mendukung kiprah Muchlis, lantaran pada saat itu ia tidak bisa membelikan sang anak sepatu berkualitas.



“Sore ia latihan di SSB Sinar Mas. Sebelum latihan ke SSB, dia latihan fisik dulu di rumah. Tapi saat itu ia bermain bola dengan sepatu seadanya. Sebab dulu harga sepatu [berkualitas] sangat mahal. Tapi Muchlis tak malu memakai sepatu buatan keluarga sendiri, dia pun tak pernah berhenti berlatih,” beber Samsul.

Selepas sebagai pemain, Samsul memang menekuni bisnis berjualan sepatu usaha sendiri bersama warga Desa Blimbingsari, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, yang ia pasarkan dari kampung ke kampung. Tapi sifat telaten, dan mau bekerja keras yang akhirnya membuat pemilik nomor punggung 10 tersebut menapaki jalan menuju kesuksesan.

Memasuki usia di bawah 13 tahun, ia terpilih masuk dalam seleksi Pengcab PSSI Mojokerto yang lantas berlanjut ke tingkat Provinsi, hingga menjuarai Piala Yamaha U-13 di Vietnam. Selepas itu, Muchlis kemudian bergabung di Persebaya U-14, kemudian pindah ke klub Domhil Malang untuk U-15.

Talenta Muchlis akhirnya terpantau Pengcab PSSI Malang, yang kemudian memberikan rekomendasi kepadanya untuk bergabung dengan klub Banteng Muda di U-16. Setelah itu, ia memutuskan hijrah ke Pasuruan bergabung dengan Persekap sampai saat ini.

“Program Nasional saat mencari bibit-bibit muda membuat Muchlis terpilih untuk mengikuti seleksi, dan akhirnya masuk menjadi bagian pemain yang dibawa ke Hongkong U-17, yang saat itu sukses menjadi juara. Selesai di sana, ia kemudian ditawari untuk mengikuti seleksi untuk timnas U-19,” kenang Samsul.

“Makanya, nama panjang Muchlis saya tambahkan Ning Syaifullah. Sebab Ning Syaifullah itu, mantan pemain terkenal Petrokimia Gresik yang hebat,” tutupnya.

Ning Syaifullah merupakan salah satu penyerang trengginas yang dimiliki tim Petrokimia Gresik di era Galatama, dan awal Liga Indonesia dibentuk. Ia menjadi salah satu bagian dari trio maut Petrokimia kala itu, bersama dengan Widodo Cahyono Putro dan Jacksen F Tiago. (gk-43)
Related Post