TEMPO.CO, Uppsala - Mungkin benar kata Rhoma Irama, jika begadang tak ada gunanya, lebih baik jangan begadang. Jika semalam Anda begadang menikmati malam pergantian tahun, tak masalah karena hanya setahun sekali. Namun kalau Anda terlalu sering melek sepanjang malam, berpikirlah ulang.
Penelitian di Uppsala University, Swedia, menemukan bahwa orang-orang yang sering terjaga semalam suntuk memiliki kondisi otak seperti orang yang habis mengalami cedera kepala. Profesor Christian Benedict dari Uppsala University mengatakan, saat tidur, otak membersihkan diri dari zat beracun.
Namun pada mereka yang begadang, otak susah membersihkan diri. Karena itu, kandungan zat NSE (neuron-specific enolase) dan S-100B (S100 calcium binding protein B) dalam darah meningkat.
Pada dasarnya, dua zat ini tak beracun. Keduanya adalah protein yang ditemukan dalam sel-sel dari sistem saraf pusat. Dua zat ini lazim ditemukan pada mereka yang saraf otaknya rusak akibat cedera kepala. Akibat peningkatan kandungan dua zat ini dalam otak, jaringan otak menghilang.
"Otak mereka memang tak persis seperti korban cedera kepala, namun kadar dua zat ini sudah signifikan," ujar Profesor Christian, Selasa, 31 Desember 2013. Dua zat ini biasanya meningkat dalam darah dalam kondisi kerusakan otak. "Kurang tidur dapat meningkatkan prosesneurodegenerative. Tidur malam mungkin penting untuk menjaga kesehatan otak," katanya.
Namun penelitian yang dirilis dalam jurnal Sleep ini masih butuh penelitian lanjutan. Di antaranya, pengaruh kurang tidur pada kaum perempuan. Karena, penelitian Profesor Christian hanya melibatkan sedikit responden, 15 orang pria.
Kebiasaan tidur cukup mulai banyak terkikis. Di Inggris, rata-rata jam tidur makin berkurang, tinggal 7 jam sehari. Sembilan dekade lalu, rata-rata jam tidur masih 8 jam sehari. Tidur kurang dari 8 jam tidur bisa menurunkan IQ pada hari berikutnya. Para pekerja malam juga memiliki risiko lebih besar terkena diabetes, bisul, bahkan membuat pernikahan bubar.